Jimmy Murtado

Segala uneg-uneg,desahan,rintihan,teriakan,cacian dan hujatan adalah bagian dari hidup...

Kamis, 12 Juli 2012

Backpacker ke Hat Yai, Thailand

Masih ingat dengan perjalanan ala backpacker  ke Singapura yang pernah saya tulis? Kali ini, saya kembali backpackeran namun tujuan saya yakni ke Thailand, tepatnya wilayah Hat Yai yang berbatasan langsung dengan Kuala Lumpur, Malaysia.  Saya memutuskan ke Hat Yai karena wilayah ini tidak begitu jauh jaraknya dari Kuala Lumpur, sekitar delapan jam menggunakan bus. Berbeda jika ke Bangkok, memerlukan waktu yang lama jika melalui darat sedangkan waktu cuti tahunan saya terbatas. Bisa saja menghemat waktu menggunakan pesawat dari Kuala Lumpur ke Bangkok namun tentu saja harga tiketnya lumayan menguras isi kantong .

                Hat Yai adalah salah satu distrik dari Provinsi Songkhla, Thailand. Wilayahnya tidak begitu luas sehingga populasi penduduknya pun tidak demikian padat.  Untuk menuju hingga ke Hat Yai, saya memulai perjalanan  melalui Kuching dengan menggunakan bus dari Pontianak. Karena penerbangan dari Kuching ke Kuala Lumpur tengah malam, saya pun berangkat dari Pontianak pada pagi harinya sehingga begitu tiba di Kuching sore, tidak perlu lagi menginap. Untuk mengisi waktu sambil menunggu penerbangan, saya pun berjalan-jalan sejenak di kawasan water front Kuching untuk meregangkan otot setelah perjalanan panjang menggunakan bus dari Pontianak.  Penerbangan yang saya ambil berangkat jam 23.10. Tentunya anda bertanya-tanya kenapa saya tidak memilih penerbangan yang lebih awal dan kenapa harus lewat Kuching. Ini dikarenakan saya membeli tiket promo salah satu maskapai yang harganya jauh lebih murah dari tiket reguler  dengan membelinya sebulan sebelum tanggal keberangkatan. Harga tiket pulang pergi (PP) Kuching – Kuala Lumpur yang saya dapatkan hanya Rp 800 ribuan. Dan terang saja jika melalui Kuching, budget transportasi bisa ditekan seminim mungkin karena untuk ke Kuching cukup menggunakan bus.  Dari Kuching ke Kuala Lumpur membutuhkan waktu sekitar 1 jam 40 menit.
Meskipun penerbangannya tengah malam, tetapi anda tidak perlu khawatir karena begitu tiba di bandar udara Low Cost Carrier Terminal (LCCT) Kuala Lumpur, masih ada bus yang siap mengangkut penumpang 24 jam menuju pusat Kota Kuala Lumpur yakni di terminal KL Sentral.  Terminal KL Sentral boleh dikatakan sebagai titik awal menuju ke wilayah lainnya di Kuala Lumpur  dan ke negara tetangga seperti  Thailand maupun Singapura menggunakan kereta. Bus dari LCCT ke KL Sentral menempuh jarak sekitar satu jam. Saya menggunakan bus Aerobus seharga 8 ringgit. Tiba di KL Sentral, saya mencari penginapan terdekat dengan tarif 60 ringgit. Sebenarnya ada penginapan yang tarifnya lebih murah tetapi karena sudah larut malam dan saya hanya menginap satu malam di Kuala Lumpur akhirnya penginapan tersebut menjadi tempat saya beristirahat.
Keesokan paginya, saya langsung check out karena malam hari saya akan berangkat menuju Hat Yai, Thailand. Bus berangkat pada malam hari jam 22.30, saya tidak menyia-nyiakan waktu yang ada dengan berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang ada di Kuala Lumpur.  Agar berjalan lebih ringan dan leluasa, saya menitipkan tas backpack saya di locker penitipan barang yang ada di KL Sentral. Untuk menggunakan locker ini, anda hanya cukup menukar 10 ringgit dengan 2 koin yang ada di mesin penukaran dekat locker.  
Namun sebelumnya saya sudah membeli tiket bus ke Hat Yai terlebih dahulu di Pudu Sentral. Berbeda dengan KL Sentral, terminal Pudu Sentral merupakan terminal bus antar wilayah dan antar negara. Saat itu musim liburan sehingga tiket bus ke Hat Yai ludes terjual. Untungnya, saat saya menanyakan ke salah satu loket resmi tiket bus, masih ada satu tiket untuk tujuan Hat Yai. Harganya cukup murah yakni 45 ringgit. Ingat, jika anda berada di Pudu Sentral, banyak calo-calo tiket yang menawarkan tiket. Tipsnya, anda jalan saja terus menuju loket tiket yang resmi. Jangan pedulikan calo-calo tiket yang menawarkan tiket kepada anda jika anda tidak mau mengambil resiko, selain harganya mahal ketimbang anda membelinya di loket resmi, tiket anda bisa saja dobel nomor seatnya dengan orang lain yang membeli tiket di loket resmi.
Jam  21.30, saya sudah menunggu di terminal Pudu Sentral. Tepat jam 22.30 bus pun berangkat menuju Hat Yai dengan menempuh jarak sekitar delapan jam lebih. Tiba di border perbatasan antara Malaysia dengan Thailand sekitar jam 06.30 . Para penumpang pun diharuskan turun untuk mengecap paspor di pos imigrasi kedua negara.  Dari perbatasan, sekitar satu jam lebih bus akhirnya tiba di pusat Kota Hat Yai, tepatnya di kantor atau travel bus itu. Langsung saja sekalian saya membeli tiket pulang seharga 38 ringgit atau 3800 baht, untuk berjaga-jaga dari kehabisan tiket. Di Hat Yai, saya hanya menginap selama satu malam dan keesokan harinya langsung pulang kembali ke Kuala Lumpur.  Di Hat Yai, saya membeli voucher hotel di travel itu seharga 450 baht.
Kendati hanya satu hari yang cukup singkat itu, namun setidaknya beberapa tempat menarik di Hat Yai saya kunjungi. Transportasi yang saya gunakan yakni dengan menyewa mobil plus sopir di travel bus tersebut seharga 1800 baht karena jarak dari satu tempat ke tempat lainnya cukup jauh. Transportasi alternatif lainnya adalah tuk tuk, yakni kendaraan umum seperti mikrolet namun tuk tuk lebih kecil dan hanya beratap tanpa pintu di bagian belakang tempat penumpang duduk yang bisa kita sewa per hari. Soal harga, tergantung keuletan anda dalam hal tawar menawar.
 Tempat pertama yang saya kunjungi yakni kuil Wat Hatyai Nai yang terdapat patung sleeping Buddha. Patung ini dinamakan Phra Phuttha Mongkhon. Ukurannya sangat besar  dan uniknya, posisi patung Buddha itu berbaring miring sambil menopangkan tangan kananannya ke pipi seperti orang sedang bersantai. Di sekitar patung itu, terdapat kuil untuk tempat umat Buddha melakukan ibadah.
Setelah mengunjungi sleeping Buddha, perjalanan pun dilanjutkan menuju Tang Kuan Hill, yakni bangunan kuil yang letaknya di atas bukit. Untuk naik ke atas bukit menuju kuil tersebut, ada stasiun lift yang dirancang untuk mengangkut pengunjung hingga tiba di atas bukit. Lift ini bukan seperti layaknya lift di dalam gedung meskipun bentuk fisiknya sama namun lift ini sudah dimodifikasi sehingga jalan lift naik sesuai dengan kemiringan bukit tempat kuil tersebut. Setiap pengunjung dikenakan tarif 30 baht atau jika dikurskan ke rupiah sekitar Rp 9 ribu (1 baht = Rp 300). Dari kuil atas bukit itu, kita bisa melihat pemandangan Kota Hatyai dari ketinggian 105 meter di atas permukaan laut.
Puas menikmati pemandangan Hat Yai dari Tang Kuan Hill, perjalanan dilanjutkan menuju Songkhla Aquarium. Songkhla Aquarium ini memiliki koleksi berbagai jenis spesies laut, ada ikan yang ukurannya besar, kura-kura, ikan pari, bahkan beberapa ekor hiu juga menghiasi keindahan Songkhla Aquarium.  Tiket masuk ke Songkhla Aquarium sebesar 200 baht . Saya pun menyusuri sepanjang aquarium sambil melihat koleksi spesies laut yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Akhir dari perjalanan melihat-lihat ikan dan spesies laut lainnya, para pengunjung disajikan pertunjukan yang cukup menarik yakni melihat atraksi dari pawang atau orang yang ditugaskan mengurusi  dan memberi makan ikan-ikan itu. Dengan mengenakan pakaian selam dilengkapi tabung selam, pawang itu terampil memberi makan ikan-ikan sambil melakukan atraksi menari-nari bersama ikan-ikan berukuran besar seperti salah satunya ikan hiu. Tampak ikan-ikan tersebut seperti mengerti dan jinak saat pawang memberi mereka makan. Bahkan pawang itu menggelitik seekor ikan yang berukuran sebesar badannya, kemudian memegang ujung ekor dengan tangan kanannya seperti posisi ketika memainkan sebuah gitar, dan tangan kirinya menggelitik kepala ikan itu seolah-seolah sedang memetik gitar.
Tak hanya itu, yang unik dari Hat Yai menurut saya adalah Klonghae Floating Market, yakni pasar terapung yang menjual penganan khas Thailand.  Dengan sampan yang berjejer rapi tertambat di sepanjang sungai, berbagai penganan dijual dengan harga terjangkau. Cara membelinya pun tidak perlu hingga naik ke sampan, pembeli cukup jongkok di steigher atau gertak dengan menunjuk makanan yang hendak dibeli. Kemudian penjual akan mengambilkannya dan meletakkan ke dalam keranjang dengan tongkat cukup panjang serta mengarahkan keranjang itu ke pembeli. Pembeli mengambil makanan yang dipesan dan meletakkan uang sejumlah harga yang disebutkan penjual. Jika pembeli membayar tidak dengan uang pas, penjual mengembalikan sisa kembalian uang tersebut sama seperti ketika menyerahkan makanan yang dipesan.
Selain pasar terapung, di sekitar lokasi itu juga terdapat pasar yang menjual pernak-pernik maupun cindera mata serta pakaian sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang. Harganya pun cukup terjangkau dan kualitasnya lumayan bagus.
Satu tips jika anda berwisata ke Hat Yai yakni jangan sekali-sekali anda percaya dengan orang yang menawarkan hotel dan lainnya jika bukan dari travel resmi. Saya sarankan anda membeli voucher hotel di travel resmi karena harganya lebih murah. Misalnya di travel tempat bus yang kita tumpangi, biasanya mereka menyediakan voucher hotel dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan.  Tanyakan langsung kepada staf yang ada di travel, mereka pada umumnya mengerti bahasa melayu karena kebanyakan turis  yang datang berkunjung ke Hat Yai berasal dari Malaysia.
Soal makanan bagi anda yangmuslim, tidak perlu khawatir karena di sini banyak tersedia rumah makan yang menyediakan makanan halal. Mereka yang membuka usaha rumah makan itu umumnya berasal dari muslim Pattani. Anda cukup bilang kepada supir tuk tuk “go to halal food”,  mereka sudah mengerti dan akan mengantarkan anda ke rumah makan yang menjual makanan halal.
Dan ingat, sebelum anda memutuskan memulai backpackeran, terlebih dahulu saya sarankan anda mempelajari dan menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai tempat tujuan yang akan anda kunjungi, baik itu soal akomodasi, transportasi, makanan, bahasa dan yang tak kalah penting adalah rencanakan tempat-tempat wisata mana yang akan anda kunjungi di negara tujuan. Anda bisa mencarinya di buku-buku dan majalah travelling atau untuk lebih mudah silakan anda surfing di internet. Di internet biasanya ada backpacker yang menulis di blog pribadinya tentang pengalamannya selama backpackeran ke tempat yang pernah mereka kunjungi.
Puas seharian berkeliling di Hat Yai, keesokan paginya saya langsung pulang kembali ke Kuala Lumpur dengan menggunakan bus yang sama seperti saat ketika berangkat dari Kuala Lumpur ke Hat Yai. Karena hari berikutnya saya harus kembali ke Kuching sesuai jadwal tiket yang sudah saya beli untuk pulang pergi. *

Selasa, 30 November 2010

The City of Business


Awalnya niat saya mengambil cuti tahunan untuk travelling dan kebetulan Batam lah yang saya pilih sebagai tujuannya. Mungkin Kota Batam bukanlah tujuan wisata favorit diantara daerah-daerah lainnya di Indonesia. Tapi bagi saya kota ini cukup menarik sebagai pusat sentral bisnis yang pantas diperhitungkan. Gambaran ini terlihat saat saya jalan-jalan melihat hiruk pikuk orang-orang berlalu lalang di pelabuhan fery penyeberangan tujuan Singapura. Berbagai macam suku bangsa yang dapat ditemui di sana, Ada yang datang ke Batam dan ada yang pergi ke Singapura. Ada yang hanya sekedar jalan-jalan, wisata, berbelanja, bisnis dan lainnya. Seolah-olah Singapura seperti bagian lain dari provinsi di Indonesia padahal Singapura yang notabene negara berkembang yang cukup maju pesat merupakan negara tetangga. Tetapi justru itulah Batam sebagai kota yang berseberangan dengan negara Singa (julukan untuk Singapura) kecipratan dengan banyaknya investor-investor asing yang menjalankan bisnisnya di salah satu kota yang termasuk Provinsi Kepulauan Riau (kepri) dan di bawah otorita.
Tak hanya itu saja, saya pun membuktikannya bahwa Batam juga menjadi tujuan belanja alat-alat elektronik atau gadget yang murah. Misalnya saja saat saya iseng-iseng menanyakan harga satu unit netbook Acer Aspire One D255 dengan spesifikasi processor Atom N550, RAM 1 GB DDR3, harddisk 250 GB, OS. Windows Seven original, bergaransi resmi Indonesia, yang notabene di Pontianak harganya Rp 3,6 juta, penjualnya menawarkan harga Rp 3,5 juta. Karena awalnya tidak ada niat membeli, saya tawar saja sekenanya dengan harga Rp 3 juta. Awalnya penjaga toko itu tetap bertahan dengan harga Rp 3,5 juta tapi akhirnya dia memberikan harga jauh lebih murah dibandingkan jika saya membelinya di Pontianak yaitu Rp 3,1 juta. Ya sudah, tergiur harga murah tanpa pikir panjang langsung saya putuskan untuk membelinya.
Begitu juga dengan handphone seperti merek blackberry (bukan tiruan dari Cina), harga yang ditawarkan pun jauh lebih murah. Bahkan kalau harga BB seken di sini (Pontianak) jauh lebih mahal dari harga BB baru di Batam walaupun barang rekondisi tapi jika kita jeli dan paham bagaimana memilih BB yang kondisinya bagus dan siap pakai, sama saja kita membeli BB baru.
Rasanya satu hari saja tak cukup waktu untuk berbelanja atau hanya sekedar melihat-lihat barang-barang elektronik. Suatu waktu saya akan kembali lagi ke sana.

Minggu, 04 Juli 2010

Mudahnya Membaca Buku Tanpa Kertas


Pada masa lalu, sebelum era digital seperti saat ini, buku hanya dikenal dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dengan cover seadanya dan harga yang terbilang cukup mahal untuk saat itu. Bahkan terkadang sulit untuk mendapatkan buku yang dicari karena terbatasnya persediaan yang didistribusikan oleh penerbit. Padahal kebutuhan akan buku sudah menjadi kebutuhan premier karena terkait dengan kebutuhan pendidikan.

Namun lambat laun hal itu bukanlah hambatan lagi di era serba digital seperti saat ini yang dirasakan. Kecanggihan teknologi mempermudah manusia memperoleh atau memenuhi kebutuhan dasarnya termasuk memenuhi kebutuhan akan buku. Buku yang kita ketahui dalam bentuk kertas, seiring perkembangan teknologi buku juga tersedia dalam bentuk e-book (electronic book) yang bisa dibaca melalui PC, laptop, handphone dan yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan yaitu i-Pad.

i-Pad merupakan suatu perangkat sejenis mini PC yang bisa digunakan untuk membaca e-book. Secara fisik ukurannya sebesar setengah majalah dengan layar yang cukup lebar sehingga memudahkan kita untuk membaca buku atau e-book melalui i-Pad ini. Harganya terbilang cukup mahal untuk saat ini namun sebanding dengan manfaat yang kita peroleh lewat teknologi canggih ini. i-Pad ini juga bisa digunakan untuk mengirim e-mail, browsing, chatting dan fungsi-fungsi lainnya ibarat sebuah komputer mini karena i-Pad dilengkapi Wi-Fi dan bluetooth sebagai koneksi ke dunia maya.

Dengan i-Pad ini membaca buku tidak lagi perlu membolak-balik atau menandai halaman yang belum selesai dibaca, cukup dengan menyentuh layar touchscreen yang cukup empuk kita sudah bisa membuka halaman yang kita inginkan. Dengan huruf yang cukup jelas dan mudah dibaca, membuat mata nyaman dan tidak cepat lelah.

Anda tertarik memilikinya ?

Senin, 28 Juni 2010

Jangan Lupa Tutup Account FB Anda

Seorang teman numpang buka FB di komputer kantor. Sedang asyik-asyiknya ber-FB-an, tiba-tiba handphonenya berdering dan seseorang memanggilnya untuk segera ke ruang kerjanya. Dengan buru-buru, dia pergi meninggalkan komputer dengan FB yang belum sempat di log-out.

Bukan Jimmy kalau tidak iseng, melihat kesempatan emas ini langsung saja ku gunakan account FB nya dengan menulis status di wallnya hal-hal yang mungkin tak pernah terpikirkan olehnya.

Saat kami surfing bareng di warkop, dia kaget melihat wall FB nya ada status yang sama sekali tidak pernah ditulisnya. Sambil berkata "ini pasti kerjaan kau jim?"...
Aku hanya bisa tertawa, hahahahaha...itulah diriku yang penuh dengan keisengan dan tertawa lepas tanpa beban.

Mungkin tak banyak yang berminat membuat sebuah blog atau mungkin saja masih bingung bagaimana membuat suatu blog dan apa yang akan diposting dalam blognya. Padahal banyak manfaat yang bisa di dapat dari blog yang kita buat, kita bisa memposting apa yang kita senangi, apa yang ingin kita ekspresikan, karya-karya kita, atau hal-hal menarik lainnya. Dengan begitu, kita bisa saling sharing dan berbagi dengan yang lain.

Hari ini aku belajar lagi membuat blog, walaupun sebelumnya pernah belajar namun karena sudah terlalu lama jadi lupa, tapi entah kenapa temanku begitu semangat mengajariku. Mungkin ada sisi baik yang ingin dibaginya kepadaku, yang jelas aku sedikit mengetahui apa itu blog dan bagaimana caranya meng-update blog-ku.

Ini adalah suatu permulaan yang baik menurutku, dan aku yakin banyak manfaat yang bisa didapat dari apa yang kupelajari saat ini.
Terucap terima kasih kepada temanku yang dalam kesibukannya masih sempat meluangkan waktunya hanya untuk mengajariku membuat blog dan tetap aktif menulis di blog ini.

Tak pernah terpikirkan apa yang akan kita lakukan saat tua nanti. Saat mata mulai rabun, rambut mulai memutih, kulit mulai berkerisut, tubuh sedikit membungkuk,gigi sudah ompong, jalan pun tertatih-tatih.

Tapi aku yakin, kalau pun aku sudah tua nanti (mudah-mudahan panjang umur), aku yakin akan tetap mempunyai semangat walau dengan sedikit tenaga yang ada,seperti halnya yang ada di foto ini.

Mungkin saja sang nenek saat mudanya dulu senang mengendarai sepeda motor, atau bahkan trek-trekan di jalan raya. Dan ia pun terkenang saat melihat motor ini dan tanpa sungkan menungganginya, terlintas di benaknya saat muda dulu, ia menunggangi motor dengan kencang dan rambut hitam terurai ditiup angin.

Sekarang semua itu hanya potret masa lalu, potret saat bahagia menyapanya, saat indah menghampirinya, saat semangat itu bergejolak...

Sadar popularitasnya kian melonjak, sementara skandal video mesumnya kian merebal, Ariel Pieterporn kabur ke Kota Pontianak. Dia menyamar menjadi warga biasa, dan ngumpet di geretak satu Sungai Jawi.

Foto ini diambil Minggu (27/6/10) saat Ariel nongkrong di sebuah warkop di bilangan Jl Hijas. Lihat, betapa kucel wajahnya karena tak sanggup menhindar dari kejaran wartawan.

Saya beruntung bisa bertemu dia di warkop itu, dan saya kursus singkat bagaimana caranya bisa punya banyak gebetan kayak dia. Kasihan dikau oh Ariel!

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT